Sesi 1: Gita Irawan Wirjawan
Apasih semangat kemahasiswaan? Semangat
kemahasiswaan kental sekali dengan kearifan lokal yang berikatan dengan proses
studi yang kita alami di universitas (ITB). Dengan berbagai masalah yang di
hadapi, bangsa Indonesia butuh pemimpin yang bisa menjawab tantangan di
zamannya, mengerti kepentingan dan
keinginan rakyat tetapi bukan dengan cara menghilangkan adat dan budaya demi
untuk kemajuan perekonomian dan bangsanya.
“Jika kita mau
melakukan sesuatu, kita bisa mendapatkan yang kita mau” artinya, setiap usaha
yang kita lakukan tidak akan ada yang sia-sia dalam membentuk diri kita dan
menghasilkan sesuatu. Untuk perkembangan perekonomian bangsa ini, usaha yang
perlu kita lakukan adalah merangkul produk anak bangsa ‘merah-putih’
Bangsa kita,
Indonesia dapat menjadi sukses dalam meng-garuda-kan diri hanya jika kita
menyatukan pluralisme, berteknologi, saling menghargai kekayaan budaya,
kesinambungan hubungan antar sesama, dan lain-lain. Kesuksesan meng-garuda-kan
diri tersebut dapat dikatakan berhasil jika kita bisa melakukan eksportasi
budaya, produk, dan menjadi negara ekonomi yang kompetitif.
Untuk itu, hal-hal
yang perlu diperbaiki oleh Indonesia adalah pendanaan yaitu berupa pengurangan
persentase bunga pinjaman, dan memperbaiki sistem pendidikan yang menumbuhkan
jiwa nasionalisme sebab produk dari pendidikan adalah senjata masa depan bagi
bangsa dan negara ini. Maka dari itu, tantangan kita sebagai rakyat muda
Ganesha adalah kita harus dapat menjujung nasionalisme, memiliki kearifan serta
menyadari status kita sebagai warga dunia.
Sesi 2: Wanadri (Cinta Tanah Air)
Wanadri adalah
perkumpulan dari sekelompok mahasiswa dan pemuda yang memiliki jiwa cinta tanah
air. Berdasarkan deklarasi Djuanda dan proklamasi telah di tetapkan zona atau
wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan. Dengan luas daratan sekitar
1,8 juta km persegi dan luas perairan sekitar 3,1 juta km persegi membuat
Indonesia menjadi negara yang memliki SDA, Keanekaragaman hayati dan juga suku
bangsa yang beragam. Meski dengan berbagai perbedaan Indonesia menjadi negara
kesatuan yang sepakat untuk berdiri secara bersama-sama.
Sesi 3: Tri Mumpuni (Integritas dan Kompetensi
alumni ITB untuk kemandirian dan kesejahteraan bangsa)
Integritas
dan kompetensi berkaitan langsung dengan pengetahuan (logika) dan perasaan
(empati) yang jika digabungkan dapat menjadi akal sehat. Tetapi jika logika itu
berdiri sendiri tanpa perasaan, itu akan menimbulkan masalah yaitu hanya akan
mementingkan kepentingan dirinya sendiri.
Berdasarkan
data, dari sekitar 245 juta rakyat indonesi terdapat 100 juta jiwa yang
tersebar di 33.000 desa yang masih
mengalami gelap gulita saat malam dan belum mendapatkan fasilitas listrik.
Tuntutan
untuk pertumbuhan ekonomi seringkali membutakan hati para pemimpin bangsa kita
untuk memperhatikan hal yang lebih penting seperti kepentingan rakyat, lingkungan dan SDA yang semakin menipis
karena selalu dikeruk. Tuntutan ini juga yang membuat sistem ekonomi saat ini semakin
tidak manusiawi dan justru semakin
membuat kesenjangan yang semakin lebar antara si kaya dan si miskin dalam
negara ini. Untuk mencegah hal ini, salah satunya di perlukan di perlukan
sistem yang mengelola SDA dengan teknologi, keuangan dan manajemen yang tidak
memiskinkan komunitas lokal.
Sesi 4: Riset Indie (Saska)
Seorang
alumni ITB yang memiliki latar belakang sebagai mahasiswa lulusan elektro
angkatan tahun 2003. Melalui perjalanan hidupnya kita dapat melihat kak Saska
memiliki kelebihan dalam bidang teknik dan juga kehidupan sosial. Dalam
hidupnya juga ia membuktikan bahwa tidak semua yang kita lakukan akan
menghasilkan keberhasilan, ada kalanya kita harus menghadapi fakta kegagalan
yang kita alami tetapi ini bukan alasan bagi kita untuk menyerah atau berhenti
untuk berkarya. Melalui perjalanan hidupnya juga telah terbukti melalui
kolaborasi dari berbagai pihak dan bidang keilmuan dapat menghasilkan sesuatu
yang luar biasa sehingga membuat kita semakin menghargai satu sama lain bukan
untuk menyombongkan diri kita dibandingkan yang lainnya.
Kak Saska ini juga
melakukan riset dalam bidang sosial lainnya seperti “angkot day” yang berawal
dari kemacetan yang semakin parah di kota Bandung karena kendaraan pribadi
semakin banyak dan seringkali naik angkot menyita banyak waktu kita karena perilaku
supir yang ‘ngetem’.
Intinya, setiap usaha dan perubahan kecil yang kita
lakukan dapat memberikan dampak yang besar bagi kesejahteraan bangsa kita ini.
Sekian dan terima kasih!
Gomgom Rudolf H/ FTSL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar